Menaklukkan dataran tinggi Dieng—Perjalanan gowes epik.
Pada hari Minggu, 12 Desember 2021, saya bersama om Bima memulai perjalanan epik menuju Dieng, sebuah kota wisata yang terletak di dataran tinggi Jawa Tengah. Kami berangkat dari Pekalongan, sebuah kota yang terletak di pesisir utara Jawa, dengan sarapan nasi Megono khas Pekalongan yang menghangatkan perut. Nasi Megono adalah hidangan khas Pekalongan yang terbuat dari nangka muda dengan perpaduan kelapa parut yang dibumbui sehingga menciptakan rasa gurih yang disajikan dengan daging sapi, telor balado, tempe orek dan sambal.
Setelah sarapan, kami memulai perjalanan dengan sepeda kami, menikmati pemandangan di sekitar Jalan Pantura yang ramai kendaraan. Jalan Pantura adalah jalur utama yang menghubungkan Jakarta dengan Surabaya, dan kami harus berhati-hati saat melintasinya. Setelah melewati kota Batang, belok kanan menuju Dieng. Jalan mulai mendaki dan berkelok, seperti ular yang melilit di bukit-bukit. Kondisi jalan yang sedikit rusak dan berlubang seperti tantangan yang harus dihadapi, namun kami terus maju dengan sepeda kami.
Pemandangan bukit dan lembah yang rimbun dengan pepohonan seperti permadani hijau yang terbentang luas. Kami menikmati pemandangan yang indah ini sambil mengayuh pedal sepeda kami. Setelah beberapa jam bersepeda, kami tiba di Kembang Langit, sebuah kawasan yang terletak di ketinggian lebih dari 1.000 mdpl. Udara sejuk dan segar seperti pelukan hangat dari ibu yang lama tak jumpa. Kami bersantap makan siang dan minum kopi khas Kembang Langit, menikmati pemandangan lembah dan bukit yang penuh rimbun pepohonan kawasan hutan.
Perjalanan dilanjutkan melewati perkebunan teh Pagilaran, seperti berjalan di atas awan yang lembut. Pemandangan indah dataran tinggi menghiasi perjalanan kami, namun tanjakan yang terjal membuat sepeda kami terasa seperti beban yang berat. Kawasan hutan lebat menyambut kami dengan tanjakan yang ekstrem, seperti tantangan yang harus dihadapi. Setelah melewati kawasan hutan, kami memasuki kawasan pemukiman penduduk yang berkegiatan sebagai petani ubi, sayur, jagung, dan kentang. Lahan yang mereka garap seperti permadani hijau yang terbentang luas.
Perjalanan dilanjutkan menuju Batur, dengan jalan aspal hitam mulus yang mendaki tajam dan berkelok. Kami menikmati pemandangan yang indah sambil mengayuh pedal sepeda kami. Setelah beberapa jam bersepeda, di sore hari kami tiba di kota wisata Dieng, udara dingin dan berkabut seperti selimut yang menyelimuti jiwa. Kami langsung mencari rumah makan mie ongklok khas Wonosobo, yang menyambut kami dengan hangat dan lezat. Mie ongklok adalah hidangan khas Wonosobo yang terbuat dari mie yang disajikan dengan kuah yang gurih dan pedas.
Perjalanan yang melelahkan itu terbayar dengan kelezatan makanan dan pemandangan indah yang tak terlupakan. Perjalanan dari Pekalongan ke Dieng melalui jalur ini seperti menaklukkan gunung yang menjulang tinggi, dengan pemandangan indah dan tantangan yang harus dihadapi. Namun, kelezatan makanan dan pemandangan indah yang tak terlupakan membuat perjalanan itu menjadi epik dan tak terlupakan.
Perjalanan epik menuju Dieng ini membentang sepanjang 78 kilometer, sebuah jarak yang cukup menantang bagi para pecinta bersepeda. Dengan waktu tempuh sekitar 8 jam, perjalanan ini membutuhkan ketahanan fisik yang baik dan kesabaran yang tinggi.
Ketinggian yang ditempuh juga sangat mencolok, dari 0 meter di atas permukaan laut di Pekalongan hingga 2.115 meter di atas permukaan laut di Dieng. Perbedaan ketinggian yang signifikan ini membawa perubahan drastis pada suhu dan pemandangan, dari panasnya pantai hingga sejuknya pegunungan.
Kondisi jalan yang beragam juga menjadi salah satu tantangan dalam perjalanan ini. Dari jalan pantura yang ramai dan sibuk, hingga jalan mendaki dan berkelok di kawasan hutan dan perkebunan teh, setiap jalur memiliki keunikan dan tantangannya sendiri. Jalan yang mendaki dan berkelok memerlukan teknik bersepeda yang baik dan kontrol yang tepat, sementara jalan yang ramai memerlukan kewaspadaan dan kesabaran yang tinggi.
Dengan demikian, perjalanan ini sangat cocok bagi mereka yang suka bersepeda dan menikmati pemandangan alam yang indah, serta siap menghadapi tantangan dan keindahan yang ditawarkan oleh jalur ini.
Penulis : Ticke Soekarni