Menyambut Lahirnya Pancasila
Kita semua pasti sudah mendengar bahwa Adam dan Hawa adalah manusia pertama, asal muasal manusia – manusia yang kini hidup dan yang masih akan lahir di planit ini. Saya tidak tahu benar atau tidaknya, sebab ada pula keterangan lain, dari seorang pemuka islam juga…. bahwa adam bukanlah manusia pertama yang Tuhan ciptakan, melainkan adalah manusia pertama diantara manusia – manusia lainnya, yang berakal dan berbudi yang sanggup menerima ajaran dari Tuhan.
Namun cerita lama yang ada tersebut dalam injil dan Al-Qur’an itu tetap hidup dalam kenangan saya sejak kecil. Suatu cerita yabg yang indah, mereka berdua hidup berbahagia tanpa dosa dalam taman firdaus. Tetapi setelah mereka menikmati buah choldi dari pohon pengetahuan tentang buruk dan baik, murkalah Tuhan kepada mereka, Malaikat dengan pedang terhunus mengusir mereka dari Gapura Surga.
Maka turunlah Adam dan Hawa kebumi, disana mereka dengan badan bersimbah keringat mencari nafkah dan disana pula mereka bertunas. Tetapi sorga yang hilang itu dan harapan akan dapat kembali kedalamnya tidak pernah pudar dari kenangan. Tak tahulah saya, apakah cerita itu benar atau tidak, tetapi cerita ini mengharu kalbu… sebab ia adalah lambang dari pada nasib seluruh perikemanusiaan, sejak generasi pertama yang sejarahnya lenyap dalam gelap gulita pra-sejarah sampai pada kita generasi kini yang hidup dalam terang benderang kekinian.
Tiap bangsa ada mempunyai cerita tentang swarga yang hilang, tentang “paradise lost”, tiap bangsa pula mempunyai harapan dimasa datang tentang Swarga dapat diperoleh kembali tentang “paradise regained” Bangsa Indonesia ada mempunyai cerita tentang “Ratu Adil”, golongan islam ada mempunyai cerita tentang “Imam Mahdi”, golongan Kristen ada mempunyai cerita tentang “Kristus datang kembali” atau Millenium… semuanya itu adalah perwujudan daripada kerinduan umat manusia kepada kebahagiaan.
Segala Nabi, segala Rasul, segala Pujangga, segala pemikir dan segala Penyair yang besar, adalah pendorong dan penarik umat manusia kepada kebahagiaan…. Ibrahim, Zarathusta, Musa, Krishna, Budha, Yesus, Muhammad, Sokrates, Piato, Konfisius dan Lau Tse serta segala pemikir – pemikir yang datang kemudian sampai pada para pujangga yang sekarang masih hidup…. adalah suara suara yang menunjukkan jalan menuju kebahagiaan…. mereka itu adalah ibarat sebagai sumber – sumber air yang setelah keluar dari bumi lalu menjadi sungai – sungai yang menyuburkan tanah yang mereka lalui.
Kini, sejak abad ke 20 ada dua aliran besar yang memangku kerinduan umat manusia itu kepada kebahagiaan. Kedua aliran itu adalah Religi dengan segala agama dengan cabang – cabangnya dan sosialisme dengan segala macam ragamnya… Panca Sila menerima segala Mutiara dari Relizi dan menerima segala intan dan Sosialisme.
…. Dan memang sesungguhnya Panca Sila itu adalah perpaduan antara Relizi dengan Sosialisme… (Kemal Asmara Hadi – 2025)